Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
PUISI
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
PUISI
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(W.S. Rendra)
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(W.S. Rendra)
PUISI
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Anakku
Ya, kekasihku……
Engkau datang mengintai hidup,
Engkau datang menunjukkan muka,
Tetapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang ananda tak suka.
Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak diperdengarkan,
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam anakku, kami kau tinggalkan.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
memandang ibumu sakit berguling,
Air matamu tak bercucuran.
Kau diam, diam kekasihku,
Tak kau katakan barang pesanan,
Akan menghibur duka di dadaku,
Kekasihku, anakku, mengapa diam?
(JE. Tatengkeng)
Ya, kekasihku……
Engkau datang mengintai hidup,
Engkau datang menunjukkan muka,
Tetapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang ananda tak suka.
Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak diperdengarkan,
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam anakku, kami kau tinggalkan.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
memandang ibumu sakit berguling,
Air matamu tak bercucuran.
Kau diam, diam kekasihku,
Tak kau katakan barang pesanan,
Akan menghibur duka di dadaku,
Kekasihku, anakku, mengapa diam?
(JE. Tatengkeng)
PUISI
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
PUISI
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
PUISI
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)