Unicorn, kuda dengan satu tanduk dikepala, sudah menjadi legenda yang hadir dalam berbagai kebudayaan manusia. Walau keberadaan unicorn sendiri sampai saat ini masih berada di garis abu – abu antara nyata dan fantasi.
Dalam versi tradisionalnya unicorn digambarkan mempunyai kuku yang belah, berjenggot seperti kambing atau singa. Persamaannya dengan unicorn versi modern adalah ciri mempunyai tanduk.
Catatan sejarah pertama yang memuat keterangan unicorn adalah stempel berusia 2.500 tahun dari Mohenjo Daro dan Harappa. Dalam stempel itu digambarkan sosok unicorn. Stempel tersebut masih menjadi penelitian karena ada beberapa inkripsi yang belum terpecahkan.
Dalam kebudayaan Jepang, unicorn dikenal dengan Kirin igambarkan memiliki tubuh seperti rusa, sisik berwarna hijau dan sebuah tanduk panjang di kepala.
Di Eropa unicorn mulai dikenal pada abad pertengahan dan digunakan sebagai simbol kebangsawanan. Dari paham humanis unicorn digunakan sebagai lambang pernikahan yang setia.
Namun satu pertanyaan muncul dengan banyaknya penggunaan unicorn dan penyebutannya dalam catatan sejarah, apakah makhluk ini benar – benar pernah hidup?
Ctesias, seorang penulis Yunani kuno, mendeskripsikan unicorn seperti berikut :
“Unicorn adalah makhluk asli India. Ukurannya sebesar keledai dengan kepala berwarna ungu kemerahan. Tubuhnya berwarna putih, matanya berwarna biru dengan sebuah tanduk muncul dari dahinya. Ujung tanduk itu berwarna merah terang, tengahnya berwarna hitam dan putih di pangkalnya. Panjangnya kira-kira 18 inci”
Ctesias juga menyebutkan tanduk unicorn ini beracun. Strabo, seorang penulis lainnya menyebutkan bahwa unicorn hidup di wilayah Caucasus.
Sedangkan sejarawan Romawi, Pliny The Elder mencatat :
“Makhluk yang sangat ganas ini disebut Monoceros dan memiliki kepala seperti rusa, kaki seperti gajah, dan ekor seperti babi hutan, sementara bagian tubuhnya yang lain seperti kuda. Ia mengeluarkan suara rendah yang dalam dan memiliki satu tanduk berwarna hitam yang keluar dari tengah dahinya dengan panjang kira-kira dua cubit.”
Julius Cesar pun pernah mendeskripsikan unicorn dengan kepala seperti rusa, kaki seperti gajah, tanduk 90 cm dan ekor seperti babi hutan.
Ternyata catatan penampakan unicorn juga terjadi di masa modern. Pada tahun 1486, Berhanrd Von Breydenbach, dalam bukunya “Peregrinatio in Terram Sanctam”atau “Perjalanan ke tanah suci”. Menceritakan perjumpaannya dengan makhluk yang mirip dengan penggambaran unicorn.
Ini terjadi pada tahun 1483 ketika ia bersama satu rombongan beranggotakan 150 orang pergi ke timur tengah untuk melakukan ziarah rohani. Dalam perjalanan ini, mereka berangkat dari Venice menuju Jaffa, lalu ke Ramala dengan karavan.Dari situ mereka melanjutkan perjalanan ke Yerusalem dan mengunjungi semua tempat-tempat suci disitu. Setelah itu rombongan pergi menuju gurun Sinai dan mengunjungi biara Santa Catharina. Di tempat itu, salah seorang peziarah bernama Felix Fabri bersama sekelompok orang yang sedang bersamanya melihat seekor Unicorn sedang berdiri di atas bukit dekat kaki gunung Sinai. Felix bersama rombongan mengamati makhluk ini dengan seksama untuk beberapa lama. Penampakan ini terjadi pada tanggal 20 September 1483.Pada tahun 1530, Ludovica de Bartema, seorang bangsawan Italia yang melakukan perjalanan ke Mesir, Arab dan India juga bertemu dengan makhluk misterius ini. Ketika hendak masuk ke Mekkah, ia menggunakan nama samaran Mussulman supaya bisa membaur dengan rombongan karavan peziarah lainnya. Di kota itu, Bartema mengaku melihat dua ekor Unicorn. Tubuh makhluk itu berwarna kuning coklat. Kepalanya seperti rusa dengan leher dan surai yang panjang. Kakinya pendek dan memiliki kuku seperti kambing. Menurut penduduk lokal, kedua hewan itu adalah pemberian dari raja Etiopia yang hendak dipersembahkan kepada sultan Mekkah.
Jika Bernhard menyebutkan bahwa Unicorn dari Etiopia, maka seorang kolonel Portugis mengkonfirmasi hal itu. Dia pernah melihat unicorn di propinsi Damota. Unicorn ini digambarkan berbadan kuda dan berkulit gelap. Keterangan lain dari beberapa orang Portugis yang tinggal di Etiopia mengaku pernah melihat unicorn di distrik Namna.
Seorang naturalis Swedia bernama Dr.Sparrmann. Pada tahun 1772-1776, ia melakukan penelitian di Good Hope dan menulis dalam jurnalnya mengenai seorang pria bernama Jacob Kock.
Kock yang saat itu melakukan perjalanan menuju Afrika bagian selatan menemukan batu-batuan yang berukirkan Unicorn. Batu-batu ini ternyata diukir oleh suku setempat yang bernama Hottentots. Berdasarkan wawancara Kock dengan anggota suku tersebut, diketahui kalau Unicorn sesungguhnya telah dikenal dengan baik diantara suku Hottentots. Warga suku tersebut mengatakan kalau Unicorn memiliki bentuk seperti kuda dengan satu tanduk di kepalanya. Makhluk ini juga bisa berlari dengan sangat cepat.
Sedangkan Mr.Henry Cloete pada tahun 1792 pernah memberikan cerita Gerrit Slinger salah seorang anggota Suku Hottentots yang sedang berperang dengan suku Bushmen. Pada saat itu Slinger menjumpai sembilan unicorn dan menembak salah satu dari mereka, Slinger menceritakan :
“Makhluk itu menyerupai seekor kuda dengan warna abu-abu terang. Di bawah rahangnya ada garis putih. Ia juga memiliki satu tanduk yang tumbuh tepat di tengah kepalanya. Kepala makhluk ini seperti kuda dan ukurannya pun kira-kira sama.”
Dengan semua keterangan ini, kemungkinan unicorn sebagai binatang berbadan kuda dengan satu tanduk pernah ada sangatlah besar. Walau semua catatan sejarah ini tidak didukung dengan bukti fisik ataupun fosil.
0 komentar:
Posting Komentar